Jumat, 18 November 2011


  PENGARUH KETIDAKHARMONISAN KELUARGA TERHADAP KECENDERUNGAN KENAKALAN REMAJA DI SMA PGRI TAYU     
           

                                                 TINJAUAN PUSTAKA
        Berbagai penelitian tentang kenakalan remaja telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya dan mempunyai fokus dan kajian yang berbeda. Mereka meneliti sesuai dengan bidangnya masing-masing. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati (2007) yang melihat kenakalan remaja dari dari sudut pandang psikologi dan sosiologi. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa kenakalan remaja muncul tergantung dari diri masing-masing remaja, karena manusia berbeda-beda menangkap sesuatu dari luar baik itu hal yang positif ataupun negatif yang bisa menghasilkan suatu kenakalan remaja.
Selain itu faktor lingkungan sosial juga mempengaruhi psikologis remaja untuk melakukan suatu kenakalan remaja. Penelitian seperti ini memang banyak sekali dilakukan peneliti di Indonesia mengingat maraknya penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh anak muda atau remaja. Namun hanya ada sebagian kecil peneliti yang mengkaji dari pendekatan agama atau religi. Salah satu orang yang mengkaji itu adalah Nur Yaddien (2007) yang memakai beberapa hadits. Salah satu diantaranya menyebutkan bahwa Islam sebagai agama yang membawa konsep rahmatan lil ‘alamin mewajibkan orang tua untuk mengekspresikan cinta dan kasih sayangnya terhadap anak-anaknya karena orang tua yang baik adalah yang penyayang terhadap orang keluarganya. Jika anak diberikan pendidikan dengan kasih sayang dan perhatian persahabatan serta komunikasi yang harmonis maka dia akan belajar menemukan cinta dan jati diri. Ini berarti penulis beranggapan bahwa anak remaja yang dibesarkan dalam keluarga yang kurang harmonis serta tidak mempunyai pola komunikasi yang baik, maka remaja tersebut cenderung menjadi remaja yang nakal.  
        Demilian pula penelitian Adi Prakosa (2007) yang meneliti tentang kenakalan remaja yang disebabkan oleh kurangnya komunikasi keluarga. Pendekatan keagamaan dan sosial digunakan dalam penelitian ini. Lalu ada juga peneliti yang mengkaji dalam bidang sosial budaya yaitu Yulianti M (2007) yang cenderung berargumen bahwa kenakalan remaja sudah terjadi sejak berabad-abad yang lampau dan terus berkembang sepanjang zaman hingga saat ini di mana kenakalan remaja paling marak-maraknya karena kebudayaan barat sudah tercampur pada kebudayaan indonesia. Berbeda lagi dengan penelitian yang dilakukan oleh Wisnubroto AP (2009) di Bantul Yogyakarta. Dalam  penelitian ini, teman sebaya adalah orang yang paling berpengaruh terhadap tingkah laku dan pola hidup para remaja. Teman sebaya bagi remaja adalah tempat kedua setelah keluarga, bahkan bisa menjadi tempat pertama sebelum keluarga. Perasaan nyaman bisa didapatkan remaja  ketika bersama dengan kelompok teman sebaya daripada bersama dengan keluarganya. Banyaknya waktu diluangkan oleh remaja bersama dengan kelompok teman sebaya di luar rumah daripada orangtua adalah salah satu alasan pentingnya peran teman sebaya bagi remaja, terutama pada sikap, pembicaraan, minat, dan perilaku (Hurlock, 1980).     

3 komentar:

  1. mas hengki,, lho, kok cuma tinjauan pustaka tok,, laennya mana? tolong dilengkapi yah,,makasih...kembangkan terus blognya yah,,,

    BalasHapus
  2. dalam postingan ini saya rasa kurang lengkap karena hanya ada tinjauan pustakanya saja

    BalasHapus